Manfaat berbakti kepada orang tua
Oleh
Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Di Antara Fadhilah (Keutamaan) Berbakti Kepada Kedua Orang Tua.
Pertama
Bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang paling utama.
Dengan dasar diantaranya yaitu hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu
Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
“Artinya : Dari Abdullah bin Mas’ud katanya, “Aku bertanya kepada
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang amal-amal yang paling utama
dan dicintai Allah ? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di
awal waktunya), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di
jalan Allah” [Hadits Riwayat Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari
2/9]
Dengan demikian jika ingin kebajikan harus didahulukan amal-amal
yang paling utama di antaranya adalah birrul walidain (berbakti kepada
kedua orang tua).
Kedua
Bahwa ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang tua. Dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibnu HIbban,
Hakim dan Imam Tirmidzi dari sahabat Abdillah bin Amr dikatakan.
“Artinya : Dari Abdillah bin Amr bin Ash Radhiyallahu ‘anhuma
dikatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang tua dan murka Allah
tergantung kepada kemurkaan orang tua” [Hadits Riwayat Bukhari dalam
Adabul Mufrad (2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid-), Tirmidzi (1900), Hakim
(4/151-152)]
Ketiga
Bahwa berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan kesulitan
yang sedang dialami yaitu dengan cara bertawasul dengan amal shahih
tersebut. Dengan dasar hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari
Ibnu Umar.
“Artinya : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada
suatu hari tiga orang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada
sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka ada di dalamnya,
tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua. Sebagian
mereka berkata pada yang lain, ‘Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu
lakukan’. Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawassul melalui
amal tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan
tersebut. Salah satu diantara mereka berkata, “Ya Allah, sesungguhnya
aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku
mempunyai istri dan anak-anak yang masih kecil. Aku mengembala kambing,
ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada
kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus berjalan
jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang telah
larut malam dan aku dapati kedua orang tuaku sudah tertidur, lalu aku
tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku
pegang lalu aku mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur
pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan
aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa pun
sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku.
Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang
tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya
minum lalu kuberikan kepada anak-anaku. Ya Allah, seandainya perbuatan
ini adalah perbuatan yang baik karena Engkau ya Allah, bukakanlah.
“Maka batu yang menutupi pintu gua itupun bergeser” [Hadits Riwayat
Bukhari (Fathul Baari 4/449 No. 2272), Muslim (2473) (100) Bab Qishshah
Ashabil Ghaar Ats Tsalatsah Wat-Tawasul bi Shalihil A'mal]
Ini menunjukkan bahwa perbuatan berbakti kepada kedua orang tua yang
pernah kita lakukan, dapat digunakan untuk bertawassul kepada Allah
ketika kita mengalami kesulitan, Insya Allah kesulitan tersebut akan
hilang. Berbagai kesulitan yang dialami seseorang saat ini diantaranya
karena perbuatan durhaka kepada kedua orang tuanya.
Kalau kita mengetahui, bagaimana beratnya orang tua kita telah
bersusah payah untuk kita, maka perbuatan ‘Si Anak’ yang ‘bergadang’
untuk memerah susu tersebut belum sebanding dengan jasa orang tuanya
ketika mengurusnya sewaktu kecil.
‘Si Anak’ melakukan pekerjaan tersebut tiap hari dengan tidak ada
perasaan bosan dan lelah atau yang lainnya. Bahkan ketika kedua orang
tuanya sudah tidur, dia rela menunggu keduanya bangun di pagi hari
meskipun anaknya menangis. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan kedua orang
tua harus didahulukan daripada kebutuhan anak kita sendiri dalam rangka
berbakti kepada kedua orang tua. Bahkan dalam riwayat yang lain
disebutkan berbakti kepada orang tua harus didahulukan dari pada
berbuat baik kepada istri sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin
Umar Radhiyallahu ‘anhuma ketika diperintahkan oleh bapaknya (Umar bin
Khaththab) untuk menceraikan istrinya, ia bertanya kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, “Ceraikan istrimuu” [Hadits Riwayat Abu Dawud No. 5138,
Tirimidzi No. 1189 beliau berkata, "Hadits Hasan Shahih"]
Dalam riwayat Abdullah bin Mas’ud yang disampaikan sebelumnya
disebutkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua harus didahulukan
daripada jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Begitu besarnya jasa kedua orang tua kita, sehingga apapun yang kita
lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tua tidak akan dapat
membalas jasa keduanya. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari disebutkan bahwa ketika sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu
‘anhuma melihat seorang menggendong ibunya untuk tawaf di Ka’bah dan ke
mana saja ‘Si Ibu’ menginginkan, orang tersebut bertanya kepada,
“Wahai Abdullah bin Umar, dengan perbuatanku ini apakah aku sudah
membalas jasa ibuku.?” Jawab Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma,
“Belum, setetespun engkau belum dapat membalas kebaikan kedua orang
tuamu” [Shahih Al Adabul Mufrad No.9]
Orang tua kita telah megurusi kita mulai dari kandungan dengan beban
yang dirasakannya sangat berat dan susah payah. Demikian juga ketika
melahirkan, ibu kita mempertaruhkan jiwanya antara hidup dan mati.
Ketika kita lahir, ibu lah yang menyusui kita kemudian membersihkan
kotoran kita. Semuanya dilakukan oleh ibu kita, bukan oleh orang lain.
Ibu kita selalu menemani ketika kita terjaga dan menangis baik di pagi,
siang atau malam hari. Apabila kita sakit tidak ada yang bisa menangis
kecuali ibu kita. Sementara bapak kita juga berusaha agar kita segera
sembuh dengan membawa ke dokter atau yang lain. Sehingga kalau
ditawarkan antara hidup dan mati, ibu kita akan memilih mati agar kita
tetap hidup. Itulah jasa seorang ibu terhadap anaknya.
Keempat
Dengan berbakti kepada kedua orang tua akan diluaskan rizki dan
dipanjangkan umur. Sebagaimana dalam hadits yang disepakati oleh
Bukhari dan Muslim, dari sahabat Anas Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Barangsiapa yang suka diluaskan rizkinya dan dipanjangkan
umurnya maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi” [Hadits Riwayat
Bukhari 7/72, Muslim 2557, Abu Dawud 1693]
Dalam ayat-ayat Al-Qur’an atau hadits-hadits Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam dianjurkan untuk menyambung tali silaturahmi. Dalam
silaturahmi, yang harus didahulukan silaturahmi kepada kedua orang tua
sebelum kepada yang lain. Banyak diantara saudara-saudara kita yang
sering ziarah kepada teman-temannya tetapi kepada orang tuanya sendiri
jarang bahkan tidak pernah. Padahal ketika masih kecil dia selalu
bersama ibu dan bapaknya. Tapi setelah dewasa, seakan-akan dia tidak
pernah berkumpul bahkan tidak kenal dengan kedua orang tuanya. Sesulit
apapun harus tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kepada kedua orang
tua. Karena dengan dekat kepada keduanya insya Allah akan dimudahkan
rizki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi
bahwa dengan silaturahmi akan diakhirkannya ajal dan umur seseorang.[1]
walaupun masih terdapat perbedaan dikalangan para ulama tentang
masalah ini, namun pendapat yang lebih kuat berdasarkan nash dan zhahir
hadits ini bahwa umurnya memang benar-benar akan dipanjangkan.
Kelima
Manfaat dari berbakti kepada kedua orang tua yaitu akan dimasukkan ke
jannah (surga) oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di dalam hadits Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa anak yang durhaka tidak
akan masuk surga. Maka kebalikan dari hadits tersebut yaitu anak yang
berbuat baik kepada kedua orang tua akan dimasukkan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala ke jannah (surga).
Dosa-dosa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala segerakan adzabnya di dunia
diantaranya adalah berbuat zhalim dan durhaka kepada kedua orang tua.
Dengan demikian jika seorang anak berbuat baik kepada kedua orang
tuanya, Allah Subahanahu wa Ta’ala akan menghindarkannya dari berbagai
malapetaka, dengan izin Allah.
[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada
Kedua Orang Tua oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, terbitan
Darul Qolam - Jakarta.]
_________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar